Cari

Kontak Kami

Untuk Pemesanan atau Informasi Tentang Benih & Bibit Tanaman Silakan Hubungi
HP/WA:
0852-2848-4369
PIN BB: 5E7B82B4
Email: Pengelola@MitraBibit.com

Alamat:

Jl. Kemiri-Karangduwur, Ds. Karangduwur,
Kec. Kemiri,
Kab. Purworejo, Jateng

Segera pesan biji atau bibit tanaman disini, dan dapatkan harga yang kompetitif dari kami.

Partner

Sahabat Mitra Bibit

Hama Dan Penyakit Pada Tumbuhan Kayu Jati

Bukan hanya tanaman buah ataupun tanaman rempah-rempahan seperti tanaman alpukan, tanaman lada, tanaman cengkeh, tanaman jeruk dan masih banyak tanaman lainnya yang dapat terserang oleh hama dan penyakit, tetapi tanaman kayu juga bisa terserang oleh hama dan penyakit. Seperti tanaman kayu jati misalnya tanaman yang kini banyak di cari kayunya untuk di jadikan sebagai bahan bangunan ini juga bisa terserang hama dan penyakit. Jika hama serta penyakit ini secara terus menerus menyersng tanaman jati Anda, bukan tidak mungkin jika nantinya hasil produksi kayu Jati Anda akan menurun. Untuk itu perlu adanya upaya pencegahan serta pengendalian agar hasil produksi kayu Jati Anda dapat secara terus menerus maksimal.
Hama ulat jati
Ciri : menyerang pada awal musim penghujan, yaitu sekitar bulan Nopember – Januari dengaan gejala daun-daun yang terserang berlubang karena dimakan ulat. Pengendalian : bila jumlah ulat tersebut yang menyerang tidak banyak cukup diambil dan dimatikan. Bila tingkat serangan sudah tinggi, maka perlu dilakukan pengendalian dengan cara penyemprotan menggunakan insektisida.
Hama uret
Ciri : merupakan larva kumbang, biasanya menyerang pada bulan Februari – April dengan memakan akar tanaman terutama yang masih muda, sehingga tanaman tiba-tiba layu, berhenti tumbuh dan kemudian mati. Jika media dibongkar, akar tanaman terputus/rusak dan dapat dijumpai hama uret. Kerusakan dan kerugian paling besar akibat serangan hama uret terutama terjadi pada tanaman umur 1-2 bulan di lapangan, tanaman menjadi mati. Pengendalian : dengan menambahkan insektisida granuler di lubang tanam pada saat penanaman atau pada waktu pencampuran media di persemaian, khususnya pada lokasi-lokasi endemik/rawan hama uret.
Hama Tungau Merah
Ciri : menyerang pada bulan Juni – Agustus dengan gejala daun berwarna kuning pucat, pertumbuhan bibit terhambat. Hal ini terjadi diakibatkan oleh cairan dari tanaman terutama pada daun yang dihisap oleh tungau. Bila diamati secara teliti, di bawah permukaan daun ada tungau berwarna merah cukup banyak (ukuran ± 0,5 mm) dan terdapat benang-benang halus seperti sarang laba-laba. Pengendalian : dapat dilakukan dengan menggunakan akarisida.
Hama kutu putih/kutu lilin
Ciri : bisa menyerang setiap saat pada bagian pucuk (jaringan meristematis). Pucuk daun yang terserang menjadi keriting sehingga tumbuh abnormal dan terdapat kutu berwarna putih berukuran kecil. Pengendalian : dengan memisahkan bibit yang sakit dengan yang sehat karena bisa menular. Bila batang sudah mengkayu, batang dapat dipotong 0,5 – 1 cm di atas permukaan media; pucuk yang sakit dibuang/dimusnahkan. Jika serangan sudah parah dan dalam skala yang luas maka dapat dilakukan penyemprotan dengan menggunakan akarisida.
Hama lalat putih
Ciri : hama ini mencucuk dan mengisap cairan tanaman sehingga tanaman menjadi layu, kerdil bahkan mati. Selain itu dapat menularkan virus dari tanaman sakit ke tanaman sehat. Pengendalian : dapat dilakukan secara pertama, biologis menggunakan musuh alami berupa predator dan parasitoid. Kedua,  melakukan wiwilan daun dan penjarangan bibit dalam bedengan. Ketiga,  penyemprotan larutan campuran insektisida-deterjen sedini mungkin ketika mulai terlihat di persemaian, terutama diarahkan ke permukaan daun bagian bawah, karena serangga ini mengisap cairan dan tinggal pada bagian tersebut. Keempat, secara mekanis menggunakan alat penjebak lalat putih (colour trapping) dan terakhir, dengan pemupukan NPK cair, untuk meningkatkan pertumbuhan dan kesehatan bibit di persemaian.
Penyakit layu–busuk
Ciri : sering terjadi pada kondisi lingkungan yang lembab, seperti pada musim hujan. Penyakit ini dapat dibedakan menjadi dua, yaitu 1) serangan penyakit yang dipicu oleh kondisi lingkungan yang lembab dengan gejala banyaknya bibit yang membusuk. Penanganan : secara mekanis dapat dilakukan dengan penjarangan bibit, wiwil daun dan pembukaan naungan untuk mengurangi kelembaban. 2) serangan penyakit yang dipicu oleh hujan malam hari/dini hari pada awal musim hujan dengan gejala berupa daun layu seperti terkena air panas. Penyakit ini umumnya muncul pada saat pergantian musim dari musim kemarau ke musim penghujan, saat hujan pertama turun yang terjadi pada malam hari atau dini hari pada awal musim hujan. Seranga penyakit terutama pada bibit yang masih muda dapat menyebar dengan cepat.
Hama rayap
Ciri : biasanya menyerang tanaman jati muda pada musim hujan yang tidak teratur atau puncak musim kemarau. Pengendalian : dengan mencegah kontak rayap dengan batang/perakaran tanaman, atau dapat juga  dilakukan dengan mengoleskan kapur serangga di pangkal batang, menaburkan abu kayu di pangkal batang pada waktu penanaman, pemberian insektisida granuler (G) pada lubang tanam ketika penanaman khususnya pada lokasi yang endemik/rawan rayap, mengurangi kerusakan mekanis pada perakaran dalam sistem tumpang sari dan menghilangkan sarang-sarangnya.
Hama penggerek batang/oleng-oleng
Ciri : bentuk larva yang hidup dalam kulit pohon, menggerek kulit batang sampai kambium dan memakan jaringan kayu muda, membuat liang gerek yang panjang, terutama bila pohon jati kurang subur dan menyebabkan terbentuknya kallus (gembol). Fase larva ini biasanya berlangsung antara April – September. Pengendalian : dengan insektisida fumigan sehingga dapat mengenai sasaran dengan cepat. Pemilihan jenis tanaman tumpang sari yang pendek, di daerah endemik perlu dilakukan agar ruang tumbuh di bawah tajuk tidak terlalu lembab. Pengendalian secara mekanis dapat dilakukan dengan penggunaan perangkap lampu (light trap) pada malam hari.
Hama penggerek pucuk
Ciri : biasanya menyerang tanaman jati muda. Ulat ini berwarna kemerahan dengan kepala berwarna hitam; dibelakang kepala terdapat cincin kuning keemasan. Gejala awal biasanya pada bagian pucuk apikal tiba-tiba menjadi layu dan mengering sepanjang 30-50 cm, yang disebabkan karena adanya lubang gerekan kecil (± 2mm) di bawah bagian yang layu/kering. Pada bagian ujung batang utama yang mati akan keluar tunas-tunas air/cabang-cabang baru. Pengendalian : dapat dilakukan injeksi insektisida sistemik ke batang dan mengurangi/menghilangkan tunas-tunas air yang muncul agar pucuk yang stagnasi dapat aktif tumbuh lagi. Bila tidak segera dihilangkan maka tunas air yang muncul akan menggantikan fungsi batang utama, sehingga batang di bagian atas membengkok.
Hama Kutu Putih
Ciri : menyerang dengan menghisap cairan tanaman terutama pada musim kemarau. Seluruh tubuhnya dilindungi oleh lilin/tawas dan dikelilingi dengan karangan benang-benang tawas berwarna putih; pada bagian belakang didapati benang-benang tawas yang lebih panjang. Hama ini sering menyebabkan daun keriting, pucuk apikal tumbuh tidak normal (bengkok dan jarak antar ruas daun pendek). Hama ini biasanya akan menghilang pada musim hujan namun kerusakan yang terjadi dapat mengganggu pertumbuhan tanaman. Hama kutu ini bersimbiosis dengan semut gramang dan semut hitam yang sering memindahkan kutu dari satu tanaman ke tanaman lain. Pengendalian : dengan penyemprotan insektisida nabati dan pemotongan bagian-bagian yang cacat dan hendaknya dilakukan pada awal musim penghujan.
Hama kupu putih
Ciri : umumnya menyerang tanaman jati muda. Dari kenampakannya, hama kupu putih yang menyerang jati ini sangat mirip dengan spesies flatid putih. Jenis serangga flatid jarang dilaporkan menyebabkan kerusakan ekonomis pada tanaman budidaya. Namun demikian, apabila populasinya tinggi dalam skala luas pada musim kemarau yang panjang akan memperbesar tekanan terhadap tanaman muda sehingga meningkatkan resiko mati pucuk. Pengendalian : dengan aplikasi insektisida sistemik melalui batang (bor/bacok oles) dan penyemprotan bagian bawah daun, ranting dan batang dengan insektisida racun lambung.
Hama kumbang bubuk basah atau kumbang ambrosia
Ciri : menyerang pada batang jati di daerah-daerah dengan kelembaban tinggi. Di daerah yang curah hujannya lebih dari 2000 mm per tahun, serangan hama ini dapat ditemukan sepanjang tahun. Gejala yang nampak berupa kulit batang berwarna coklat kehitaman akibat adanya lendir yang bercampur kotoran X. destruens. Serangan hama ini tidak mematikan pohon atau mengganggu pertumbuhan tetapi akibat saluran-saluran kecil melingkar pada batang akan menurunkan kualitas kayu. Pengendalian : dapat dilakukan dengan tidak menanam jati di daerah yang curah hujannya lebih dari 2000 mm per tahun. Menebang pohon-pohon yang diserang pada waktu penjarangan. Mengurangi kelembaban mikro tegakan, misalnya dengan mengurangi tumbuhan bawah dan melakukan penjarangan dengan baik.
Penyakit layu bakteri
Ciri : menyerang bibit maupun tanaman muda di lapangan (umur 1-5 tahun) yang dapat menyebabkan kematian. Gejalanya daun (layu, menggulung, mengering dan rontok), batang (layu dan mengering) serta bagian akar rusak. Pada kambium atau permukaan luar kayu gubal nampak garis-garis hitam membujur sepanjang batang. Pengendalian : dapat dilakukan secara biologis, kimiawi dan cara silvikultur. Cara biologi dan kimiawi baik untuk mengatasi serangan di persemaian, sedangkan untuk serangan pada tanaman di lapangan, maka cara silvikultur lebih efektif dan aman. Cara biologi dilakukan dengan menggunakan bakteri antagonis Pseudomonas fluorescens dan cara kimiawi menggunakan bakterisida, yang disemprotkan ke seluruh permukaan tanaman dan sekitar perakaran. Cara silvikultur dilakukan dengan memperbaiki drainase lahan dan pengaturan jenis tumpang sari pada tanaman pokok jati.
Hama Inger-Inger
Ciri : merupakan suatu golongan rayap tingkat rendah. Gejala kerusakan berupa pembengkakan pada batang, umumnya pada ketinggian antara 5-10 m, dengan jumlah pembengkakan dalam satu batang terdapat 1-6 lokasi dan menurunkan kualitas kayu. Waktu mulai hama menyerang sampai terlihat gejala memerlukan waktu 3-4 tahun, bahkan sampai 7 tahun. Serangan hama inger-inger umumnya pada lokasi tegakan yang memiliki kelembaban iklim mikro tinggi, seperti akibat tegakan yang terlalu rapat. Pengendalian : dengan penjarangan yang sebaiknya dilakukan sebelum hujan pertama atau kira-kira bulan oktober guna mencegah penyebaran sulung (kelompok hama inger-inger yang mengadakan perkawinan). Secara biologi hama ini mempunyai musuh alami seperti burung pelatuk, kelelawar, tokek, lipan, kepik buas, cicak, dan katak pohon. Karena itu keberadaan predator-predator tersebut harus dijaga di hutan jati.
Semoga informasi tentang macam hama dan penyakit tanaman kayu Jati di atas dapat bermanfaat.


Jual Biji dan Bibit Tanaman Berkualitas

Maaf sebelumnya, kami tidak mencantumkan harga Biji dan Bibit tanaman karena harga yang dapat berubah sewaktu-waktu tergantung musim. Harga juga dipengaruhi dari besar kecilnya bibit yang akan Anda pesan. Tentunya pemesanan dalam skala besar akan mendapatkan harga yang lebih kompetitif dari kami. Untuk mengetahui harga tersebut, Anda dapat menghubungi kami atau dapat langsung datang ke alamat kami. Terima kasih...

4 comments

August 5, 2014 at 7:32 AM

Wah banyak juga ya jenis hama nya :D

August 5, 2014 at 8:19 AM

iya sob, harus dibasmi biar nggak nular kemana-mana hehe :D

August 10, 2014 at 10:50 PM

sangat detail penjelasan mengenai hama dan penyakit pada kayu jati, kebetulan dikebon ubi saya tak tanemin beberapa kayu jati putih sebagai batas lahan, alhamdulillah masih pada sehat kayu jati nya kang...tapi kan ngga ada salahnya kalau saya punya ilmu tentang hama dan penyakit apa saja yang bisa menyerangnya.
makasih ilmunya.
mohon maaf lahir dan batin yea...
salam sehat dan ceria selalu

August 11, 2014 at 5:20 AM

iya kang, benar nggak ada salahnya menambah ilmu untuk pengetahuan, toh itu akan berguna nantinya jika ada apa-apa pada tanaman jati milik kang Cilembu thea. tapi semoga saja itu tidak terjadi :)
oke sama-sama semoga bisa membantu ilmunya.
mohon maaf lahir batin juga dan salam sehat

Post a Comment